Bagaimana penyerahan zakat fitrah ? bolehkah perwakilan ?
Nah, sebelum menjawab pertanyaan diatas, tahukah kalian zakat fitrah itu apa ?
Berdasarkan salah satu dalil yang menyebutkan zakat fitrah, istilah yang digunakan adalah “zakat fitri” (arab: زَكَاةِ الْفِطْرِ) bukan “zakat fitrah” (زَكَاة الْفِطْرَةِ). Di antaranya, hadis dari Abdullah bin Umar radhiallahu ‘anhu; beliau mengatakan,
أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- أَمَرَ بِإِخْرَاجِ زَكَاةِ الْفِطْرِ أَنْ تُؤَدَّى قَبْلَ خُرُوجِ النَّاسِ إِلَى الصَّلاَةِ
“Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam memerintahkan untuk menunaikan zakat fitri sebelum berangkatnya kaum muslimin menuju lapangan untuk shalat hari raya.” (H.r. Muslim,no.986).
Zakat Fitrah dapat disebut juga sebagai Zakat Puasa Bulan Ramadhan, dan juga bisa disebut zakat badan. Zakat badan diartikan sebagai mensucikan diri lahir dan bathin atau seringkali dikatakan sebagai awal (nol) dalam memulai kehidupan setelah kita menunaikan zakat. Dalam istilah ahli fiqih (fuqaha), zakat fitrah merupakan zakat wajib yang bagi setiap individu muslim yang mampu dengan syarat-syarat wajibnya zakat.
Dari sabda Nabi Muhammad SAW, yang menyatakan bahwa “ zakat fitrah dapar membersihkan orang yang berpuasa dari perbuatan sia-sia dan perkataan keji”. Menurut Hadis Nabi Muhammad SAW, yang menyatakan bahwa “ puasa ramadhan tergantung antara langit dan bumi dan tidak akan diangkat kehadapan allah kecuali dengan zakat fitrah.
Setelah perkenalan Zakat fitrah diatas, lalu bagaimana cara penyerahan zakat fitrah ? individu atau perwakilankah ?
Dalam Zakat itu, dapat diketahui ada 2 syarat penyerahannya antara lain :
Pertama. Niat di dalam hati, lebih utama lagi disertai dengan ucapan. Kedua. Memberikan kepada yang berhak menerima zakat. Untuk memulai atau melakukan suatu kebaikan diwajibkan kita berniat didalam hati, seperti halnya kita dalam pekerjaan yang kita lakukan dengan niat dalam hati pasti akan memperoleh hasil yang baik. Begitupun dalam zakat, maka tanpa menyebutkan kata fardhu itupun sudah sah, karena zakat yang dikeluarkan itu sudah pasti fardhu hukumnya. Berbeda dengan ibadah sholat. Namun yang paling utama adalah menyebutkan kata fardhu.
Penyerahan zakat dapat dilakukan oleh sendiri, melalui wakil atau diserahkan kepada imam(amil). Penyerahan zakat kepada imam (amil) itu lebih baik daripada diserahkan kepada wakil, jika imam (amil) terjadi penyelewengan dalam pengurusan atau pengelolaan zakat, maka lebih baik diserahkan sendiri atau lewat wakil. Sedangkan penyerahan zakat yang dilakukan sendiri itu lebih baik daripada lewat wakil.
Zakat yang diserahkan melalui wakil, menurut pendapat yang ashah niat dari yang melakukan sudah mencukupi, namun yang lebih utama wakilpun juga niat ketika menyerahkan zakat itu. Kecuali jika penyerahan zakat dan niatnya diwakilkan kepada wakil maka sudah cukup dengan wakil saja. Adapun zakat yang diserahkan melalui imam (amil) maka niatya cukup dilakukan disaat penyerahan kepada imam (amil), sekalipun amil tidak niat saat menyerahkan zakat kepada yang berhak menerima.